Kata Pengantar
Puji syukur
atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang "Ghibah dan Fitnah".
Adapun makalah
ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan dari
banyak pihak, sehingga dapat memperlancar proses pembuatan makalah ini. Oleh
sebab itu, kami juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Akhirnya
penyusun mengharapkan semoga makalah tentang "Ghibah dan Fitnah" ini
dapat diambil manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.
Selain itu, kritik dan saran dari Anda kami tunggu untuk perbaikan makalah ini
nantinya.
Gabus, Februari
2017
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Imam Ibnul Qayyim berkata, "Akhlak yang
tercela adalah bermula dari kesombongan dan rendah diri.Dari kesombongan muncul
sikap bangga, sok tinggi, hebat, ujub, hasad, keras kepala, zhalim, gila
pangkat, kedudukan dan jabatan, senang dipuji padahal tidak berbuat sesuatu dan
sebagainya.Ibnul Qayyim juga mengatakan bahwa sebagaimana akhlak terpuji,
akhlak tercela juga memiliki akar di mana satuan-satuannya dapat dikelompokkan.
Jika akar perilaku manusia ada dalam pikiran dan jiwanya, maka akar penyakit
akhlak juga akan selalu ada disana. Salah satu akhlak tercela (mazmumah) yang
merupakan penyakit hati yaitu ghibah dan fitnah. Dalam makalah ini pemakalah
mencoba memaparkan pentingnya menjaga lidah dari bahaya membicarakan orang lain
baik sepengetahuannya atau pun tidak diketahui olehnya, dan menjelaskan
pentingnya menjaga hati dari sikap fitnah.Semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca.
1.2.
Rumusan Masalah
Ada beberapa hal yang akan menjadi kajian dalam
tulisan ini, antara lain:
1.
Apa pengertian ghibah?
2.
Apa saja jenis-jenis ghibah?
3.
Apa dampak ghibah dan bagaimana cara
menghindarinya?
4.
Apa pengertian fitnah?
5.
Hal-hal apa saja yang perlu dilakukan ketika
mendapat fitnah?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 GHIBAH
2.1.1 Definisi Ghibah
Gosip atau
menggunjing atau ghibah sepertinya saat ini sudah menjadi hiburan dan juga
komoditas ekonomi. Dari arti harfiahnya bisa diartikan dengan informasi atau
berita yang menghibur. Kegiatan menggunjing atau ghibah menjadi hiburan yang
sesungguhnya adalah perbuatan maksiat atau dosa, sebagai komoditas ekonomi
karena acara-acara gosip ini ditayangkan untuk mendapatkan keuntungan dari para
pemasang iklan.
Kalau kita lihat fenomena yang terjadi sekarang ini,
orang tidak ada rasa malu sedikit pun dalam menggosip atau menggunjing. Stasiun
televisi pun seolah-olah saling berlomba untuk menampilkan informasi-informasi
gosip. Mereka juga memoles acara tersebut sehingga seolah-olah menjadi acara
prestig dan glamor, bahkan mereka para penyaji pun seolah-olah merasa bangga.
• Secara Bahasa: Lawan dari nampak (Musytaq dari
al-ghib), yaitu segala sesuatu yang tidak diketahui bagi manusia baik yang
bersumber dari hati atau bukan dari hati. Jadi defenisi ghibah secara bahasa
adalah membicarakan orang lain tanpa sepengetahuannya baik isi pembicaraan itu
disenanginya ataupun tidak disenanginya, kebaikan maupun keburukan
• Secara Definisi: Seorang muslim membicarakan
saudaranya sesama muslim tanpa sepengetahuannya tentang hal-hal keburukannya
dan yang tidak disukainya, baik dengan tulisan maupun lisan, terang-terangan
maupun sindiran.
.Sebagaimana disebutkan dalam hadits bahwa nabi SAW
pada suatu hari bersabda:
َوَعَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ:
( أَتَدْرُونَ مَا اَلْغِيبَةُ؟ قَالُوا:
اَللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ: ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ قِيلَ:
أَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ؟ قَالَ: إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ
فَقَدْ اِغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فَقَدْ بَهَتَّهُ ) أَخْرَجَهُ
مُسْلِم
Artinya: Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu
'alaihi wa Sallam bersabda: "Tahukah kalian apa itu ghibah." Mereka
menjawab: Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui. Beliau bersabda: "Yaitu
engkau menceritakan saudaramu apa yang tidak ia suka." Ada yang bertanya:
Bagaimana jika apa yang aku katakan benar-benar ada pada saudaraku?. Beliau
menjawab: "Jika padanya memang ada apa yang engkau katakan maka engkau
telah mengumpatnya dan jika tidak ada maka engkau telah membuat kebohongan
atasnya." Riwayat Muslim.
Ghibah adalah termasuk dalam dosa besar sesuai dengan firman Allah dalam Al
Qur’an.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا
مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلا تَجَسَّسُوا وَلا يَغْتَبْ
بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا
فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
(artinya) : “Janganlah sebagian kalian menggunjing/ mengghibahi sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kalian memakan daging saudaranya yang telah mati ? Maka tentulah kalian merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kalian kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (Q.S.Al Hujurat : 12).
2.1.2 Peristiwa Ghibah Pada Zaman Rasullulah SAW
Adapun
peristiwa yang menjadi fitnah yang sangat dahsyat pada zaman Rasulullah saw
adalah Haditsat al Ifki (peristiwa kedustaan) yang disebarkan oleh orang-orang
munafik yang menuduh Aisyah ra berselingkuh dengan salah seorang sahabat yang
bernama Shofwan bin Mu’athol. Mendengar fitnah tersebut Rasulullah SAW
mengklarifikasikan masalah tersebut dan turunlah jawaban dari Allah SWT yang menyangkal
fitnah tersebut dengan menurunkan 16 ayat dalam Qs An Nur : 11- 26. Ini
menunjukkan betapa dahsyatnya isu bohong yang disebarkan ditengah masyarakat
tanpa adanya tabayun terlebih dahulu. Ayat di atas sekaligus sebagai teguran
untuk massa media yang suka mengumbar isu.
2.1.3 Bentuk-bentuk
Serta Jenis-jenis Ghibah
- Aib dalam Agama
- Aib Fisik
- Aib Duniawi
- Aib Keluarga dll
2.1.4 Ghibah Yang
Diperbolehkan Dalam Islam
Di dalam Islam membicarakan kejelekan orang dibolehkan dalam keadaan
tertentu, tentunya dalam batas-batas yang dibutuhkan saja, tidak boleh
berlebih-lebihan di dalamnya.
2.1.5 Dampak Ghibah Terhadap
Masyarakat
Pelaku ghibah sebagaimana yang disebutkan di dalam Qs Al Hujurat : 12,
seperti orang yang memakan bangkai saudaranya, tentunya yang mendengar dan
menyetujuinya sama dosanya dengan orang yang melakukannya. Dan jika ghibah
sudah menyebabkan menjadi trend di masyarakat, maka kehidupan mereka tidak akan
tenang karena satu dengan yang lainya sudah saling mencurigai dan membicarakan
kejelekannya masing-masing. Hubungan antara anggota masyarakat tertentunya
terganggu dan pada akhirnya terjadi tindakan anarkis di mana-mana yang
menyebabkan hancurnya masyarakat tersebut.
2.1.6 Cara Menghindari Diri dari Sifat Ghibah
Penyakit yang satu ini begitu mudahnya
terjangkit pada diri seseorang. Bisa datang melalui televisi, bisa pula melalui
kegiatan arisan, berbagai pertemuan, sekedar obrolan di warung belanjaan,
bahkan melalui pengajian. Untuk menghindarinya juga tak begitu mudah,
mengharuskan kita ekstra hati-hati.
1. Berbicara sambil berfikir
2. Berbicara sambil berzikir
3. Tingkatkan rasa percaya diri
4. Buang penyakit hati
5. Posisikan diri
6. Hindari, ingatkan, diam atau pergi
2.1 FITNAH
2.1.1 Pengertian Fitnah
Fitnah adalah
membicarakan keburukan orang lain padahal orang yang dibicarakan tidak benar
sesuai dengan keburukan yang dibicarakan. Intinya membicarakan keburukan orang
lain yang tidak benar demikian. Berikut saya kutipkan dari wikipedia
Fitnah merupakan komunikasi kepada
satu orang atau lebih yang bertujuan untuk memberikan stigma negatif
atas suatu peristiwa yang dilakukan oleh pihak lain berdasarkan atas fakta
palsu yang dapat memengaruhi penghormatan, wibawa, atau reputasi seseorang. Kata “fitnah” diserap
dari bahasa Arab, dan pengertian aslinya adalah “cobaan” atau “ujian”.
2.1.2 Makna Fitnah Sebenarnya Menurut Islam
Pasti
kita sering mendengar dari ucapan saudara seiman yang bilang “Fitnah lebih
kejam dari pembunuhan” bahkan hadits tersebut sekarang bukan diucapkan oleh
orang islam saja, melainkan sudah menjadi sebuah ungkapan yang lumrah di
Indonesia oleh agama manapun. Sekali itu membuktikan bahwa Hadits dan Alqur’an memang tiada duanya. Namun
dari sisi arti tersebut adalah sebagian besar salah tempat menggunakannya.
Karena justru dalam islam fitnah itu lebih kepada cobaan, ujian. Jika menilik
azbabun nuzul turunnya ayat tentang fitnah maka sudah jelas tempat kita
menggunakan dalil alqur’an selama ini adalah keliru.
Al Qur’an surat Al Baqoroh (2) ayat 191 tercantum kalimat “Wal
fitnatu asyaddu minal qotli….” yang artinya
“Dan fitnah itu lebih sangat (dosanya) daripada pembunuhan..”.
Kemudian juga di surat Al Baqoroh (2) ayat 217, disebutkan “Wal fitnatu
akbaru minal qotli…” yang artinya
“Fitnah itu lebih besar (dosanya) daripada pembunuhan..”.
Ayat ini turun ketika
ada seorang musyrik yang dibunuh oleh muslimin di bulan haram, yakni Rajab.
Muslimin menyangka saat itu masih bulan Jumadil Akhir. Sebagaimana diketahui,
adalah haram atau dilarang seseorang itu membunuh dan berperang di bulan haram,
yakni bulan Rajab, Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharram.
Melihat salah seorang
kawan mereka dibunuh, kaum musyrikin memprotes dan mendakwakan bahwa Muhammad
telah menodai bulan haram. Maka turunlah ayat yang menjelaskan bahwa
kemusyrikan dan kekafiran penduduk Makkah yang menyebabkan mereka mengusir
muslimin dan menghalangi muslimin untuk beribadah di Baitullah itu lebih besar
dosanya daripada pembunuhan yang dilakukan oleh orang-orang beriman.
Dan tidak akan masuk surga orang
yang suka menfitnah. Rosululloh saw. Bersabda:
َوَعَنْ حُذَيْفَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى
الله عليه وسلم ( لَا يَدْخُلُ اَلْجَنَّةَ قَتَّاتٌ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْه
Dari
Hudzaifah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
bersabda: "Tidak akan masuk surga orang yang suka memfitnah."
Muttafaq Alaihi.
2.1.3 Hal-hal yang
Perlu Dilakukan Ketika Mendapat Fitnah
Bila kita mendapat fitnah, maka ada beberapa
langkah yang dilakukan, yaitu :
- Sabar dan tenang dalam menghadapi fitnah
- Mempunyai keberanian untuk mengungkapkan kebenaran yang sesungguhnya
- Melakukan cek & ricek ( bertabayun )
- Mengusahakan perdamaian
- Berdoa kepada Allah
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari keterangan al-Qur’an dan hadits Nabi di atas jelaslah bahwa ghibah dan
fitnah merupakan perbuatan tercela yang harus dihindari oleh muslim karena akan
mengakibatkan perselisihan dikalangan masyarakat. Ghibah dan fitnah akan
mendatangkan banyak mudharat, diantaranya perselisishan, permusuhan, dendam,
perceraian dan bahkan bisa saja terjadi pembunuhan. Islam sebagai agama Rahmatan
lil ‘Alamin mencegah hal-hal tersebut, dan mengecam bagi yang melakukan
perbuatan tersebut akan mendapatkan siksaan Allah.
3.2 Saran
a.
Marilah kita berusaha menjahui yang namanya sifat-sifat tercela di atas.
b.
Jangan banyak bicara yang tidak ada manfaatnya.
c.
Perbanyaklah dzikir pada Alloh
DAFTAR PUSTAKA
http://www.salafy.or.id/
No comments:
Post a Comment